. September 2010 | hiStory oF thE BawEaN

ternyata di puncak gunung menangis ada makam


Menurut cerita yang berkembang di masyarakat bawean, gunung menangis ini merupakan tempat berdiamnya waliyah siti zainab ketika pertama kali tiba di pulau bawean. cerita detilnya waliyah siti zainab ini sebelumnya tiba di desa kumalasa, yang sedang terjangkit penyakit sampar, karena kedatangan siti zainab berbarengan dengan kondisi desa kumalasa, maka rakyat desa menyangka bahwa penyakit itu telah di bawa dan di tularkan oleh waliyah zainab dan rombongannya. karena terprovokasi dengan berita itu maka rakyat desa kumalasa berbondong-bondong mengusir waliyah zainab dan rombongannya.

karena pengusiran tersebut, akhirnya waliyah zainab beserta rombonganya menyusuri tempat demi tempat yang kondisinya masih berupa hutan rimba. hingga malam tiba mereka belum menemukan tempat berdiam yang aman. dengan terpaksa mereka harus bermalam di tengah hutan rimba, karena kondisi tersebut waliyah siti zainab beserta rombongannya memohon dan bermunajat kepada Allah, hingga menangis. karena kuasa Allah seluruh masyarakat bawean mendengar tangisan tersebut. kemudian masyarakat sekitar mencari asal tangisan tersebut.
Category: 0 komentar

DANAU KASTOBA DIKENAL SAMPAI MANCA NEGARA

Satu lagi keindahan wisata alam dari Pulau Bawean Gresik, yaitu Danau Kastoba, yang menyajikan keindahan panorama dengan airnya yang jernih, membuat danau ini tidak kalah menarik dengan danau Toba di Sumatera.

Bahkan Kastoba sudah dikenal sampai manca negara, seperti Malaysia, Singapura dan Amerika.

Selain airnya yang jernih, udara yang sejuk disertai angin sepoi-sepoi membuat suasananya terasa sangat indah, cocok menjadi tujuan wisata keluarga.

Bahkan Danau Kastoba ada yang menyebut identik dengan Danau Toba yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara (Sumut). Hanya saja yang membedakan, jika Danau Toba sudah dipoles, namun Danau Kastoba masih alami dan asli bak gadis yang sama sekali belum pernah tersentuh oleh tangan laki-laki. Keindahannya, tak jauh berbeda dengan Danau Toba.

Category: 1 komentar

LEGENDA DARI PULAU BAWEAN

Pulau Bawean dikenal
dengan nama Pulau Majeti. Pulau tsb. dijadikan tempat berlabuh pertama
kali tokoh kebudayaan (culture hero) Ajisaka, sebelum tokoh budaya itu
melanjutkan pengembaraannya ke Pulau Jawa. Itulah sebabnya, Pulau
Bawean, berdasarkan legenda, memiliki hubungan sejarah pembudayaan
dengan Pulau Jawa. Pulau Bawean juga dikenal sebagai pulau sakti .
Dalam legenda, di sana pernah hidup tokoh sakti, binatang sakti, pohon
sakti, bahkan diyakini masih tersimpan pusaka sakti (keris Nogososro
dan Sabuk Inten milik tokoh Jaka Tingkir), serta benda-benda bertuah
peninggalan para tokoh historis yang datang ke pulau itu. Seorang jenderal
TNI-AD, pada tanggal 30 April 1981, pernah datang dan bersemedi di
Gunung Pataonan (Bawean) dalam upaya hendak mengambil pusaka sakti
yang diyakini peninggalan Jaka Tingkir. Upaya jenderal tsb. kabarnya
sia-siLa.e genda dari Pulau Bawean menarik untuk diteliti untuk mengenal,
memahami, dan mengapresiasi hasil perenungan, pemikiran filosofis, latar
belakang historis dan sosial-budaya, psikologi masyarakat, harapan, citacita,
serta nilai-nilai yang didambakan dan dibanggakan masyarakatnya.
Untuk itu, pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan
arketipal (archetypal approach). Dalam kajian sastra lisan, pendekatan ini
(di Indonesia) masih jarang digunakan. Hal tsb., misalnya, tampak dalam
hasil-hasil skripsi, disertasi, atau publikasi hasil penelitian yang pernah
ada. Padahal, pendekatan ini memiliki kelebihan, di antaranya, mampu
menjelaskan segi menarik objek kajian, karya seni, termasuk prosa
naratif/sastra lisan, yang kualitas estetiknya tidak terlalu tinggi, namun
karya tersebut sangat populer di kalangan masyarakat pemiliknya
(Griffith, 1982:78). Kepopuleran tersebut pantas dan patut dipertanyakan,
dipahami, dan diungkapkan alasan dan sebab-musababnya dalam suatu
kegiatan penelitian. Kajian dengan pendekatan arketipal juga dapat
digunakan untuk menggali warisan klasik, nilai-nilai primordial yang
khas, yang dijadikan rujukan dalam aktivitas kehidupan masyarakat tsb.
dari masa ke masa. Pemahaman dan apresiasi nilai-nilai kenusantaraan ini
menjadi signifikan, terutama dalam menghadapi proses globalisasi wujud
dan nilai kebudayaan bangsa adikuasa akhir-akhir ini.
Category: 0 komentar